Tafsir Surat Al-Fatiha (Kitab Maroh Labid Karangan Syeikh Nawawi Al-Bantani Rahimahullah)

Daftar Isi

 


Haidar - Sehat Wal'afiat bagi kalian semua yang telah berkunjung kedalam tulisan saya ini. Semoga Allah terus melimpahkan keberkahan dan karunianya ke kalian semua. Amin...

Kali ini saya akan mencoba mengulas Tafsir Surat Al-Fatiha dari sebuah kitab tafsir klasik yang yang ditulis oleh Ulama Nusantara yang dimana kitab dan penulisnya sudah masyhur di berbagai negara.

Yakni kitab Tafsir Marah Labid, yang ditulis olehAl-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i (bahasa Arab: الإمام العلامة الشيخ محمد نووي بن عمر الجاوي البنتني التناري الشافعي) atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi - wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) adalah salah seorang 'ulama besar asal Indonesia bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram di Saudi Arabia. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.

Berikut Tafsir Surat Al-Fatiha yang telah saya terjemahkan dan telah saya harokati dan tentunya terdapat sedikit penjelasan singkat saya di dalamnya:

سورة الفاتحة

مَكِيَةُ، سَبْعُ آياَتٍ، تِسْعُ وَعِشْرُوْنَ كَلِمَةً، مِائَةُ وَثَلاَثَةُ وَأَرْبَعُونَ حَرْفًا بسم الله الرحمن الرحيم وَالسَّابِعَةُ: صِراطَ الَّذِينَ إلى آخرهَا إِنْ كَانَت ِالبَسْمَلَةُ مِنهَا وَإن لَمْ تَكُنْ مِنْهَا فَالسَّابِعَة:

Surah ini diturunkan di kota Mekah, terdiri dari tujuh ayat, memiliki dua puluh sembilan kata, seratus empat puluh tiga huruf. Jika Basmalah (bismillah) dihitung sebagai ayat, maka ayat ketujuh dimulai dengan"صراط الذين (Siratha al-ladhina)". Tetapi Jika Basmalah tidak dihitung sebagai ayat, maka ayat ketujuh dimulai dengan"غير المغضوب عليهم (Ghayrul maghdhubi 'alayhim)".

Dalam hal ini beberapa ulama berbeda pendapat mengenai "Basmallah" apakah termasuk kedalam surat Al-Fatiha atau bukan? dan juga apakah "Basmallah" termasuk Al-Qur'an atau bukan?

Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki dalam Nahjut Taisir memaparkan kesimpulan beliau, mengenai perdebatan ulama terkait apakah basmalah termasuk ayat Al-Quran atau tidak. Hasilnya, ada yang disepakati bahwa basmalah termasuk Al-Quran, ada yang disepakati bukan termasuk Al-Quran. Adapula yang masih diperdebatkan apakah termasuk Al-Quran atau tidak (Nahjut Taisir/20).

Berikut perincian serta keterangan dari kesimpulan di atas:

Pertama, basmalah dalam surat An-Naml. Basmalah ini disepakati terhitung termasuk Al-Quran dan ayat tersendiri dalam Surat An-Naml. Basmalah di Surat An-Naml terdapat dalam ayat:

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. An-Naml [27] 30).

Kedua, basmalah di awal Surat Al-Baraah atau At-Taubah. Basmalah ini disepakati bukan termasuk Al-Quran. Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya memaparkan ada sekitar 6 pendapat mengapa di awal surat Al-Baraah tidak terdapat basmallah. Diantaranya dikarenakan adanya anggapan bahwa Al-Baraah bukan surat tersendiri. Melainkan menjadi satu dengan Surat Al-Anfal (Tafsir Al-Qurthubi/8/60).

Ketiga, basmalah di awal setiap surat selain Surat At-Taubah. Para ulama berbeda pendapat mengenai status basmalah ini.

Ada yang mengatakan bukan termasuk Al-Quran, ada yang mengatakan termasuk Al-Quran namun bukan bagian surat, ada yang mengatakan termasuk Al-Quran dan termasuk ayat surat, adapula yang masih memberi perincian. Berikut penjabarannya (Tafsir Al-Munir/1/44):

1. Madzhab Malikiyah berpendapat bahwa basmalah di awal setiap surat termasuk Al-Fatihah, bukan termasuk surat tersebut dan bukan termasuk Al-Quran.

2. Madzhab Hanafiyah berpendapat bahwa basmalah di awal setiap surat termasuk Al-Fatihah, bukan termasuk surat tersebut. Hanya saja, Hanafiyah meyakini basmalah adalah Al-Quran dan termasuk pemisah antar surat. Malikiyah dan Hanafiyah meyakini basmalah di awal surat bukan bagian dari surat tersebut berdasar hadis yang diriwayatkan sahabat anas:

قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Anas berkata, saya salat bersama Rasulullah salallahualaihi wasallam dan Abi Bakr, ‘Umar serta ‘Utsman. Lalu aku tidak mendengar dari mereka bacaan bismillah hirrahman nirrahim” (HR. Imam Muslim)

3. Madzhab Hanbaliyah berpendapat bahwa basmalah di awal Surat Al-Fatihah, termasuk surat tersebut. Tidak di selain Surat Al-Fatihah.

4. Madzhab Syafi’iyah berpendapat bahwa basmalah di awal setiap surat termasuk Al-Fatihah, merupakan ayat dari surat tersebut. Hanya saja, masih diperdebatkan mengenai apakah basmalah tersebut termasuk ayat tersendiri, atau bagian dari ayat lain. Dasar kedua pendapat di atas mengenai bahwa basmalah termasuk ayat dari Al-Fatihah, adalah hadis sahih yang diriwayatkan sahabat Abi Hurairah:

قال : « إذا قرأتم : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ ، فاقرؤوا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ، إنها أم القرآن ، وأم الكتاب ، والسبع المثاني ، وبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ أحد آياتها »

“Nabi bersabda: “Ketika kalian membaca al-hamdulillah hirabbil ‘alamin, maka bacalah bismillah hirrahman nirrahim. Al-Fatihah adalah induk Al-Quran, induk Al-Kitab, dan as-sab’u al-matsani. Dan basmalah adalah salah satu ayatnya” (HR. Imam ad-Daruqutni).

Itu penjelasan yang bisa saya sampaikan mengenai perdebatan "Basmallah" yang diambil dari beberapa sumber yang terpercaya. Kemudian syeikh nawawi melanjutkan sebagai berikut :


وَهِيَ مُشْتَمِلَةٌ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ مِنَ الْعُلُومِ:

Dan surat Al-Fatiha ini mengandung empat jenis ilmu:


أَحَدُهَا: عِلْمُ الْأُصُولِ وَقَدْ جَمَعَتِ الْإِلَهِيَّاتِ فِي: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ، وَالنُّبُوَّاتِ فِي: الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ، وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فِي: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ.

Pertama, Ilmu Usul (Ilmu Teologi): Ilmu ini membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya. Dalam ayat "الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ". Kemudian tentang kenabian. Dalam ayat" الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ". Kemudian tentang akhirat/kiamat. Dalam ayat " مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ"

وَثَانِيَهَا: عِلْمُ الْفُرُوعِ وَأَعْظَمُهُ الْعِبَادَاتُ، وَهِيَ مَالِيَّةٌ وَبَدَنِيَّةٌ، وَهُمَا مُفْتَقِرَتَانِ إِلَى أُمُورِ الْمَعَاشِ مِنَ الْمُعَامَلَاتِ وَالْمَنَاكِحَاتِ، وَلَا بُدَّ لَهَا مِنَ الْأَحْكَامِ الَّتِي تَقْتَضِيَهَا الْأَوَامِرُ وَالنَّوَاهِي.

Kedua, Ilmu Furu' (Hukum Islam): Mengandung pembahasan tentang ibadah, muamalah, dan munakahat. Ibadah terbagi menjadi dua jenis: ibadah maliyah (berkaitan dengan harta) dan ibadah badaniyah (berkaitan dengan fisik). Hukum-hukum ibadah ini didasarkan pada perintah (awamir) dan larangan (nawahi) Allah.


وَثَالِثَهَا: عِلْمُ تَحْصِيلِ الْكَمَالَاتِ وَهُوَ عِلْمُ الْأَخْلَاقِ، وَمِنْهُ الِاسْتِقَامَةُ فِي الطَّرِيقَةِ، وَإِلَى ذَلِكَ الْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ: وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. وَقَدْ جَمَعَتِ الشَّرِيعَةُ كُلَّهَا فِي الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ.

Ketiga, ilmu tasawwuf (ilmu akhlak). Ilmu ini membahas tentang cara mencapai kesempurnaan akhlak. Contohnya adalah istiqamah (keteguhan) dalam jalan kebenaran. Hal ini disinggung dalam ayat "وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ". Syariat Islam telah menghimpun seluruh ajaran akhlak mulia dalam "الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ" (jalan yang lurus).

وَرَابِعَهَا: عِلْمُ الْقِصَصِ وَالْأَخْبَارِ عَنِ الْأُمَمِ الْخَالِيَةِ، وَقَدْ جَمَعَتِ السُّعَدَاءَ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَغَيْرِهِمْ فِي: الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ، وَالْأَشْقِيَاءَ مِنَ الْكُفَّارِ فِي: غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ.

keempat, adalah ilmu sejarah dan kisah-kisah tentang bangsa-bangsa terdahulu. Al-Qur'an telah mengumpulkan kisah-kisah orang-orang yang beruntung, seperti para nabi dan orang-orang saleh lainnya, dalam ayat "الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ". Sedangkan kisah-kisah orang-orang yang celaka, seperti orang-orang kafir dan orang-orang sesat, disebutkan dalam ayat "غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ".


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ (١)

الباءُ: بَهَاءُ اللَّهِ وَالسِّينُ سَنَاؤُهُ فَلَا شَيْءُ أَعْلَى مِنْهُ، وَالْمِيمُ: مُلْكُهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَالْبَاءُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ بَارِئٌ بَصِيرٌ. وَالسِّينُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ سَمِيعٌ. وَالْمِيمُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ مَجِيدٌ مَلِكٌ. وَالْأَلِفُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ اللَّهُ. وَاللَّامُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ لَطِيفٌ. وَالْهَاءُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ هَادٍ. وَالرَّاءُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ رَزَّاقٌ. وَالْحَاءُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ حَلِيمٌ. وَالنُّونُ: ابْتِدَاءُ اسْمِهِ نَافِعٌ وَنُورٌ.**

Huruf Ba': Mewakili keagungan Allah SWT. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih mulia daripada-Nya.

Huruf Mim: Mewakili kepemilikan dan kekuasaan Allah SWT. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Huruf Ba': Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "بارئ (Barri)" yang berarti Pencipta dan "بصير (Basir)" yang berarti Maha Melihat.

Huruf Sin: Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "سميع (Sami')" yang berarti Maha Mendengar.

Huruf Mim: Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "مجيد (Majid)" yang berarti Maha Mulia dan "ملك (Malik)" yang berarti Maha Raja.

Huruf Alif: Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "الله (Allah)".

Huruf Lam: Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "لطيف (Lathif)" yang berarti Maha Lembut dan "هادي (Hadi)" yang berarti Maha Penunjuk.

Huruf Ra': Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "رزاق (Razzak)" yang berarti Maha Pemberi Rezeki.

Huruf Ha': Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "حليم (Halim)" yang berarti Maha Penyabar.

Huruf Nun: Merupakan awal dari nama Allah SWT, yaitu "نافع (Nafi')" yang berarti Maha Bermanfaat dan "نور (Nur)" yang berarti Maha Cahaya.


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالشُّكْرُ لِلَّهِ بِنِعَمِهِ السَّوَابِغِ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ هَدَاهُمْ لِلْإِيمَانِ. رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢) أَيْ خَالِقِ الْخَلْقِ وَرَازِقِهِمْ وَمُحَوِّلِهِمْ مِنْ حَالٍ إِلَى حَالٍ

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT atas karunia-Nya yang melimpah kepada hamba-hamba-Nya yang Dia berikan hidayah kepada mereka untuk beriman. Rabb semesta alam (2). Yaitu Pencipta makhluk, Pemberi rezeki mereka, dan Mengubah mereka dari satu keadaan ke keadaan lain.

الرَّحْمنِ أَيْ الْعَاطِفِ عَلَى الْبَارِ وَالْفَاجِرِ بِالرِّزْقِ وَدَفْعِ الْآفَاتِ عَنْهُمْ. الرَّحِيمِ (٣) أَيْ الَّذِي يَسْتُرُ عَلَيْهِمْ الذُّنُوبَ فِي الدُّنْيَا وَيَرْحَمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ فِيُدْخِلُهُمْ الْجَنَّةَ

Ar-Rahman, yaitu yang penuh kasih sayang kepada orang yang taat dan yang bermaksiat dengan memberi mereka rezeki dan menolak musibah dari mereka. Ar-Rahim (3), yaitu yang menutupi dosa-dosa mereka di dunia dan mengasihani mereka di akhirat dengan memasukkan mereka ke surga.

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤) بإثبات الألف عند عاصم والكسائي ويعقوب أي متصرف في الأمر كله يوم القيامة كما قال تعالى: يَوْمَ لا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئاً وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ [الانفطار: ١٩] وعند الباقين بحذف الألف والمعنى أي المتصرف في أمر القيامة بالأمر والنهي

(4) Pemilik hari pembalasan. Alif ditambahkan di akhir "مالِكِ" dalam bacaan 'Ashim, Al-Kisa'i, dan Ya'qub. Ini berarti bahwa Dia memiliki kendali mutlak atas semua hal pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah SWT: "Pada hari ketika tidak ada seorang pun yang memiliki sesuatu pun untuk orang lain, dan keputusan pada hari itu sepenuhnya milik Allah." [QS. Al-Infitar: 19]. Pembaca lainnya menghilangkan alif, dan artinya adalah: Orang yang mengendalikan masalah-masalah hari kiamat dengan perintah dan larangan.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ أي لا نعبد أحدا سواك. وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) أي بك نستعين على عبادتك فلا حول عن المعصية إلا بعصمتك ولا قوة على الطاعة إلا بتوفيقك

(5) Hanya kepada-Mu kami menyembah, artinya kami tidak menyembah siapa pun selain-Mu. Dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan, artinya kami meminta pertolongan-Mu untuk beribadah kepada-Mu. Tidak ada daya untuk menghindar dari kemaksiatan kecuali dengan perlindungan-Mu, dan tidak ada daya untuk taat kecuali dengan petunjuk-Mu.

 اهْدِنَا الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) أي زدنا هداية إلى دين الإسلام، أو المعنى أدمنا مهديين إليه

"Bimbinglah kami ke jalan yang lurus (٦)"Yaitu, tambahkanlah petunjuk kami kepada agama Islam. Atau, maknanya jadikanlah kami selalu dibimbing kepada-Nya."

صِراطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ أي دين الذين مننت عليهم بالدين من النبيين والصدّيقين والشهداء والصالحين. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ أي غير دين اليهود الذي غضبت عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (٧) أي غير دين النصارى الذين ضلوا عن الإسلام ويقال: المغضوب عليهم هم الكفار، والضالون هم المنافقون لأن الله تعالى ذكر المؤمنين في أول البقرة في أربع آيات ثم ثنّى بذكر الكفار في آيتين، ثم ثلّث بذكر المنافقين في ثلاث عشرة آية

"Jalan (yang ditempuh oleh) mereka yang telah Engkau beri nikmat."Yaitu agama orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat berupa agama, yaitu para nabi, orang-orang yang benar, para syuhada, dan orang-orang yang saleh. "Bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai"Yaitu bukan agama orang-orang Yahudi yang Engkau murkai kepada mereka "Dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat"yaitu bukan agama orang-orang Nasrani yang sesat dari Islam.

Dikatakan bahwa orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang kafir, dan orang-orang yang sesat adalah orang-orang munafik. Hal ini dikarenakan Allah SWT telah menyebutkan orang-orang mukmin di awal Surat Al-Baqarah dalam empat ayat, kemudian dilanjutkan dengan menyebutkan orang-orang kafir dalam dua ayat, dan kemudian diulangi dengan menyebutkan orang-orang munafik dalam tiga belas ayat."

 ويسنّ للقارئ بعد فراغه من الفاتحة أن يقول: آمين وهو اسم بمعنى فعل أمر، وهو استجب

Disunnahkan bagi pembaca setelah selesai membaca Surat Al-Fatihah untuk mengucapkan: Amin. Amin adalah nama yang bermakna perintah, yaitu 'kabulkanlah'."


Wallahu A'lam.... Semoga bermanfaat 

1 komentar

Comment Author Avatar
7 Juli 2024 pukul 09.03 Hapus
Masyaa Allah.. jadi inget pesan sayyidina Ali "Ikatlah ilmu dengan tulisan". Baarokallah fi ilmik yaa ustadzy..